Pada saat membuka halaman 9 dari Buku "The Power of Mimpi" hasil karya Akbar Kaelola, muncullah ide dalam benak Saya untuk menuangkan isi tulisan nya di Blog Artikel Otak Kanan.
Dengan harapan, setelah membaca isi tulisan ini, memunculkan jiwa pengusaha/wiraswasta kepada pengunjung blog Artikel Otak Kanan.
Tahukah Sobat, dengan lahirnya para Pengusaha di suatu negara merupakan indikator kemajuan suatu negara, Mengapa Demikian ?
Lahirnya para Pengusaha, menurunkan persaingan para pencari kerja, lahirnya Pengusaha menambah peluang/kesempatan kerja.
Semakin banyak Pengusaha semakin menurunkan persaingan pencari kerja, semakin luas lapangan pekerjaan dan banyak orang yang tersejahterakan, tidak ada lagi orang yang putus sekolah, perkembangan pengetahuan mudah di dapat, terciptalah bangsa Indonesia yang cerdas dengan kualitas yang bersaing dengan negara lain.
Subhanallah, kapan kita mengalami itu ya ? dengan kondisi tersebut yang kita dapatkan. Apakah negara tetangga berani melecehkan, memandang sebelah mata lagi ?
Untuk menjadi Pengusaha dimulai dari keinginan untuk mewujudkan Mimpi, dan harus berani mewujudkan Mimpi. tidaklah mudah memang mengalihkan pemikiran dari cara otak kiri ke otak kanan. Saya sangat percaya, ketika Tuhan masih menganugrahi kita kesehatan, Hasrat, Semangat, terwujudnya Mimpi bukanlah angan belaka.
Pengunjung pasti tidak sabar, seperti apa tulisan Akbar Kaelola, berikut kutipannya, semoga menginspirasi..
MIMPI BESAR
Di negeri yang subur ini, penguasaan sumber daya alam mayoritas dikuasai pengusaha asing. Bangsa asing telah masuk hampir semua sektor kehidupan, dari hulu sampai hilir. Mengecam bangsa asing sebagai kekuatan setan kapitalis tidaklah menjawab tantangan ke depan. Makin dicaci makin terlihat kelemahan anak negeri ini dalam mengurus nikmat Allah. Lalu bagaimana solusinya ?
Jawabnya mulailah dari MIMPI BESAR. Saat Theodor Herzl akan memulai proyek besarnya membangun negara di Palestina, ia memulainya dari membangkitkan mimpi anak-anak Yahudi untuk menjadi orang-orang kaya raya dan berpendidikan. Theodor Herzl memanfaatkan para rabi untuk membangkitkan MIMPI BESAR. Herzl sangat cerdik menembak pasarnya. Ia gunakan semangat keberagamaan untuk mewujudkan mimpinya. Puluhan tahun kemudian, MIMPI BESAR tersebut mulai nampak kasat mata. Para rabi bekerja sangat perfect, mereka menjadikan negara Israel seolah-olah adalah perintah Tuhan. Sekarang siapa yang tidak kenal Israel ? Dalam komennya, Theodor mengatakan bahwa saat itu banyak temannya mengatakan itu mustahil.
Jika anak-anak negeri ini mempunyai MIMPI BESAR seperti Theodor Herzl, Saya yakin negeri ini akan diisi oleh orang-orang besar yang akan memberikan kontribusi besar bagi negeri tercinta ini. Namun sayangnya, sejak kecil mimpi anak-anak negeri ini telah dibunuh.
Nabi Muhammad saja memulai bisnisnya sejak belia. Muhammad menikah pada usia 25 tahun, dengan mahar 20 ekor unta. Jika 1 ekor unta berharga Rp 30 juta, berarti mahar muhammad kepada Khodijah bernilai 600juta. Dalam ceramah pernikahan Muhammad dan Khadijah, Abu Thalib memberikan sambutan dengan kalimat kekaguman. Kekaguman bahwa ada anak muda yang telah sukses.
Saat menjadi Nabi, Muhammad mulai melepaskan kekayaannya. Ia banyak memberikan hartanya untuk membantu. Paling lama Rasulullah menyimpan hartanya hanya 3 hari, setelah itu banyak diberikan untuk membantu perekonomian orang-orang miskin. Namun jangan salah, setelah menjadi Nabi, sisa-sisa kekayaannya juga masih nampak, seperti unta dan keledai tunggangannya yang tercepat dan termahal. Rasulullah juga mempunyai baju bagus yang digunakan untuk menyambut tamu-tamu besar. Barangkali jika diibaratkan jaman sekarang, Rasulullah memakai mobil bagus seperti jaguar atau Mecedes S Class, tapi bukan untuk menyombongkan diri. Pada zaman dulu dan sekarang, kendaraan dan penampilan yang bagus menjadi daya tarik dalam interaksi sosial.
Nabi Muhammad tidak miskin seperti selentingan cerita-cerita yang dibuat, tapi Nabi Muhammad memiliki sifat zuhud. Perbedaannya sangat jelas, miskin itu dunia yang menjauhinya, sedangkan zuhud itu, dunia yang mendekatinya, tapi tidak dihatinya, cukup ditangan. Orang zuhud itu orang kaya raya. Orang miskin tidak bisa disebut zuhud karena keadaaannya memang sudah tidak menyenangkan.
Sahabat Rasulullah juga orang-orang kaya, jika tidak kaya mana mungkin pasukan muslimin berani melawan kekuatan terbesar dunia pada waktu itu, Romawi dan Persia. Jika diibaratkan, dua kekuatan yang sangat besar itu adalah Amerika Serikat dan Uni Soviet. Jika diibaratkan dengan kondisi kekinian, negara dikuasa itu diibaratkan Amerika Serikat dan China.
Para sahabat hidup dalam kesederhanaan. Namun mereka gemar bersedekah dan membantu saudara-saudaranya. Dalam sekali sedekahnya, Abdurrahman bin Auf memberikan lebih dari 500 kuda perang pilihan, jika satu kuda perang pilihan bernilai 50 juta, berarti Abdurrahman memberikan sedekah 25 milyar. Itu baru Abdurrahman, belum Utsman bin Affan, Umar bin Khattab, Abu bakar, dll.
Sejak dini terjadi kesalahan dalam penceritaan sejarah. Sebetulnya ini adalah proyek dari penjajah Belanda. mereka menyewa sebagian kyai untuk membalikkan fakta bahwa nabi Muhammad SAW dan para sahabat adalah orang miskin. Ini baru dari sisi keagamaan, belum dari sisi pendidikan formal. Saat seseorang memasuki pendidikan formal, sebagian besar waktunya dihabiskan di sekolah. Lagi-lagi pendidikan formal di Indonesia tidak mensupport para siswanya untuk menjadi pengusaha. Begitu lulus yang terpikirkan adalah menulis lamaran pekerjaan. Setiap tahun, Universitas di negeri ini menghasilkan pengangguran terdidik. Jumlahnya semakin membengkak.
Indonesia akan menjadi negara besar, jika tingkat kesejahteraan masyarakatnya semakin membaik. Negara yang besar adalah negara yang mampu membuat penghuninya bisa tersenyum dan tidak perlu memikirkan beban ekonomi, terutama yang menyangkut kebutuhan pokok. Kita bisa memulai semuanya ini dari MIMPI BESAR. Jika bermimpi saja tidak berani, apalagi yang tersisa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar